Senin, 05 Maret 2012

SIAPAKAH YANG BERTANGGUNGJAWAB TERHADAP SAMPAH?

Persoalan sampah bukanlah persoalan sepele. Setiap hari di setiap keluarga menghasilkan sampah, baik sampah organik maupun sampah non-organik. Seandainya setiap hari sebuah keluarga menghasilkan sampah satu kilo gram (sampah organik dan sampah non-organik), dan seandainya satu desa ada Seribu rumah (keluarga), maka satu hari ada satu ton sampah (1000 kg) yang dihasilkan. Terus mau diapakan sampah tersebut?

Sebagian sampah bisa dilokalisir (dibuatkan tempat khusus), misalnya di desa Tasikmadu, ada lokasi pembuangan sampah di Bengkorok. Namun yang kurang elok di pandang mata adalah adanya sampah yang dibuang berceceran di dekat Udang Galah (sebelah Barat pantai Prigi). Apakah memang cocok tempat tersebut dijadikan tempat pembuangan sampah?
Selanjutnya, jika kita semua bertanya, siapakah yang bertanggungjawab akan keberadaan sampah yang dihasilkan oleh masyarakat setiap hari? Apakah cukup dilokalisir jauh dari kampung seperti yang ada di hutan tersebut? Atau ada cara lain yang lebih cerdas dan bermanfaat. 
Sampah di Sekolah
Sekolah adalah salah satu tempat penghasil sampah. Umumnya sampah yang di hasilkan dari lingkungan sekolah adalah sampah kering. Di sekolah biasanya disediakan tempat sampah untuk menampung sampah. Apakah di sekolah-sekolah sudah di sediakan tempat sampah organik dan sampah non-organik?
Mengingat pentingnya mengenalkan sampah sejak dini, sekolah adalah tempat paling efektif untuk memahamkan kepada calon generasi masa depan tentang pentingnya menaruh sampah sesuai kriterianya. Sampah organik dan sampah non-organik di kumpulkan pada tempatnya sediri-sendiri sehingga mempermudah pemisahan jenis sampah tersebut.
Sampah di Pasar
Selain sekolah, tempat penghasil sampah paling cepat adalah di pasar. Dalam sehari saat hari pasar-an, ada beberapa keranjang sampah yang di hasilkan. Selama ini sampah dari pasar terhimpun begitu saja antara sampah organik dan sampah non-organik. Seoalah tidak ada penanganan dan tidak ada pihak yang mau tahu. Asal sampah terhimpun, di angkut petugas sampah lalu di bawa ke tempat pembuangan sampah, persoalan sampah sudah beres.
Benarkah persoalan sampah sudah beres? Tentu tidak. Jika di buang ke tempat sampah seperti dilokasi di gambar tersebut di atas, tentu akan menjadi persalan baru. Sampah yang terkumpul di hutan tentu akan membuat gersang tanah dan tanah tidak lagi menjadi lokasi yang produktif untuk segala jenis tanaman pangan.
Sedangkan sampah yang dibuang di tepi maupun tengah sungai juga akan menjadi persoalan baru. Pertama, tidak elok dipandang mata. Ke Dua sampah tersebut akan terbawa arus sungai jika musim hujan datang. Akhirnya sampah tersebut akan terbawa hanyut ke laut. Sebagian kembali ke area pesisir, sebagian akan terapung-apung di tengah laut dan di jadikan makanan ikan.
Sampah Dari Kapal Nelayan Saat Musim Ikan
Saat musim ikan tiba, ribuan nelayan di pantai Prigi akan melaut mencari ikan. Biasanya sebagian besar nelayan membawa perbekalan makannan sewajarnya saat melaut. Mereka ada yang membeli roti, kue, dan lain-lain yang terbungkus dengan plastik. Saat nelayan berada di tengah laut dan menikmati makanan yang di bawa dari darat, kemanakah sampah pembungkus makanan atau kue tersebut di buang? sangat mungkin sekali mereka membuang plasti pembungkus kuenya ke tengah lautan.
Jika di hitung secara serampangan saja, ada 100 kapal yang melaut saat musim ikan, dan setiap kapal memiliki 20 ABK dan 10 dari ABK membawa kue yang terbungkus dengan plastik, lalu plastik pembungkus kue tersebut di buang ke laut, berapa ton jumlah plastik yang terapung di tengah laut dalam kurun 20 tahun terakhir misalnya? Kenyataan tersebut tentu akan menjadi penyumbang pencemaran di laut. Untuk membuktikan kenyataan tersebut membutuhkan penelitian yang akurat. Namun apakah pihak-pihak pemangku kepentingan telah memikirkan dan melakukan itu semua?
Sosialisasi sampah
Jika sampah tidak menjadi persoalan, maka tidak perlu dibicarakan. Namun jika sampah telah menjadi persoalan, maka bicara tentang sampah adalah keharusan. Agar keberadaan sampah benar-benar tertangani secara baik dan sukur-sukur bisa mendatangkan keuntungan.
Siapakah yang bertanggungjawab mensosialisasikan pentingnya membuang sampah pada tempatnya? Jika di lingkungan sekolah tentu pihak sekolah akan memberikan pemahaman tentang sampah kepada para anak didiknya. Dalam hal ini kepala sekolah menempati posisi peranan penting.
Jika di sebuah Dukuh, Desa, Kecamatan, atau Kabupaten, siapakah yang berkewajiban mensosialisasikan pentingnya membuang sampah pada tempatnya? Kepala Desa, sangat penting peranannya di dalam menagani sampah di desanya, jika sampah telah menjadi persoalan di sebuah desa. Di kawasan kecamatan Watulimo pun juga demikian. Peran pemerintahan kecamatan sangat menentukan akan keberadaan sampah, jika sampah telah menjadi persoalan di tengah-tengah masyarakat.
Nampaknya sampah belum menjadi persoalan serius di kecamatan Watulimo saat ini. Namun untuk Lima tahun atau Sepuluh tahun mendatang tentu sampah akan menjadi persoalan serius. Mengingat jumlah penduduk semakin banyak dan kegiatan sehari-hari masyarakat yang tidak lepas dari memproduksi sampah. Untuk mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan buruk dari sampah, maka harus ada penangan yang komprehensip dengan melibatkan seluruh komponen masyarakat. Penyuluhan tentang sampah, pelatihan mengolah sampah menjadi kompos adalah sebagian dari penangan sampah yang bisa dilakukan oleh baik kalangan pemerintah maupun aktifis penggiat sampah. Namun, apakah hal ini sudah dipikirkan? Jika belum, maka marilah kita berpikir untuk menemukan jalan keluar dalam menangani persoalan sampah yang ada di lingkungan kita masing-masing.///Gie///

1 komentar:

  1. Mengenai cara mengatasi persoalan sampah bilamana belum mendapatkan cara yg tepat dan mesti berhasil,dipersilahkan(buka)http://teknologitpa.blogspot.com

    BalasHapus